ChannelOne- Jokowi berhasil membaca pergerakan umat manusia global. Karena itu ia menawarkan pengurusan negara bangsa harus dengan pendekatan yang baru, dengan inovasi baru. Apa pendekatan dan inovasi baru yang ditawarkan Jokowi? Rupanya tawaran konkritnya belum nampak, masih gelap. Melalui tulisan ini ditawarkan pengelolaan negara bangsa dapat dilakukan dengan azas kemandirian, menonjolkan kedaulatan rakyat.
Kekuatan partisipasi rakyat menjadi kunci. Misalnya soal pangan, energi maupun jenis investasi yang lain. Pemerintah harus kokoh mengedepankan kekuatan ekonomi rakyatnya. Jangan belum apa-apa sudah meminta kekuatan asing untuk berinvestasi. Bisakah sebuah negara berdaulat dengan rakyat pada saat prinsip-prinsip globalisasi sedang menggelora?
Menarik kita ikuti status FB Yanuar Rizky berikut ini:
Salah satu cara lama yang harus ditinggalkan adalah paradigma (cara pandang) tentang Investasi itu sendiri….
Investasi selalu dikaitkan dengan dana asing, itu yang harusnya ditinggalkan.
Kampanye budaya investasi lokal haruslah menjadi Quick Win dari Konsolidasi Politik, Persatuan Indonesia untuk Keadilan Sosial Seluruh Rakyat Indonesia, yaitu Konsolidasi Modal Nasional.
Bung Hatta mengartikan Konsolidasi Modal adalah Koperasi, yaitu rakyat yang berkumpul bersama dalam posisi setara. Di dunia kapitalis, itu yang dijual dengan “one man, one vote”.
Hanya saja, prinsip go public yang meredistribusi aset (modal) yang ditawarkan kapitalisme melalui mesin pasar modal memang dunia realistis.
Yaitu, si kuat tetap punya kekuatan untuk memborong kembali (ngebandar) modal di pasar yang bebas (rezim devisa bebas).
Jadi, Presiden Jokowi benar bahwa kita menghadapi dinamika global yang diciptakan oleh sistem modal yang tanpa batas, dan memiliki tujuan menguasai.
Di situlah, titik kritiknya, bagaimana kita dapat berenang di arus global dengan jiwa-raga lokal.
Kampanye budaya investasi lokal, sebuah Quick Win yang harusnya terwujud, jika elit kekuatan politik memang benar melakukan rekonsiliasi, yaitu menyatukan konsolidasi modal itu sendiri.
Semoga saja, apapun juga, sebagai bangsa kita harus dipersatukan oleh kepentingan yang sama, yaitu Bangsa yang Bekerja penuh untuk kesejahteraan negeri. (**)