ChannelOne23.com-Politik tidak bisa dilihat dengan cara pandang linear karena politik adalah hasil kombinasi banyak kepentingan akan tetapi dari rajutan berbagai kepentingan itu tendensi kekuasaanlah yang paling dominan dalam urusan politik. Politik adalah jembatan untuk merapat ke panggung kekuasaan bahkan saat ini, politik menjadi alat tunggal untuk menguasai panggung kekuasaan.
Pemilukada yang berlangsung serentak pada 23 Juni 2010 pada 10 kabupaten di Sulawesi Selatan akan menjadi ajang pertarungan kepentingan sejumlah pihak tidak saja pelaku atau para kandidat yang bertarung di daerah yang bersangkutan tetapi juga aktor-aktor politik dan ekonomi lainnya, baik yang berada di daerah tersebut mempunyai berada di tempat lain pasti mengambil posisi dalam hajat politik daerah ini.
Bagaimana aktor politik dan ekonomi ini bermain? Bagaimana model konstruksi politik yang mereka bangun? Sekurang-kurangnya ada tiga dimensi penting yang dimainkan oleh para aktor politik menjelang Pemilukada 2010 di SulSel.
Pertama mereka memainkan kekuatan wacana yang oleh para tim suksesnya disebut sebagai political marketing. Pola ini pada umumnya berusaha membangun kepercayaan publik melalui pencitraan positif terhadap candidat. Selain melalui media massa cetak dan elektronik, para aktor politik juga menggunakan ruang-ruang publik terbuka dan semi terbuka seperti memancangkan baliho dan spanduk di jalan jalan umum, menyebarkan poster, player, stiker dan postcard di rumah-rumah pribadi dan sebagainya lantainya paling tidak dimaksudkan untuk mendongkrak popularitas kandidat. Dengan meningkatkan popularitas kandidat maka membuka kesempatan bagi kandidat yang bersangkutan untuk disukai dan dipilih. Secara teoritis dan faktual tingkat popularitas seorang kandidat yang memiliki peluang untuk memenangkan pertarungan pada Pemilukada atau pilpres tidak boleh kurang dari 90% artinya 9 dari 10 orang yang ditanya mengenalkan diri dari minimal 90% orang yang mengenal kandidat tersebut diharapkan 70% sampai 80% menyukai kandidat yang bersangkutan dan 30% sampai 60% akan memilihnya.
Kedua, menggunakan pendekatan struktur kekuasaan, model ini pada umumnya dimainkan oleh aktor-aktor politik yang memiliki jaringan formal seperti seorang pejabat yang memiliki jaringan birokrasi dan fasilitas yang menyertainya. Jaringan formal partai politik juga seringkali digunakan untuk menjalankan operasi ini meskipun kerap kali jaringan semacam ini tidak cukup mampu untuk memastikan peningkatan bobot pengenalan dan elektabilitas kandidat. Struktur kekuasaan biasanya sangat berhasil memainkan peranan untuk mempengaruhi masyarakat kelas menengah dan elit politik. Kandidat-kandidat yang diusung oleh partai politik besar misalnya, dianggap memiliki kepercayaan dari publik demikian juga dengan kandidat atau kandidat yang masih memiliki kekuasaan formal selalu dikaitkan dengan tingginya kepercayaan publik. Pola struktur kekuasaan sesungguhnya terbagi dalam dua tipe yakni infrastruktur politik dan suprastruktur politik.
Ketiga, para politisi memainkan kekuatan uang. Uang dijadikan sebagai mesin politik yang dapat memproduksi dukungan masa baik secara langsung maupun menggunakan media media tertentu. Bangunan politik yang menggunakan pilar uang akan mendorong para politisi berkolaborasi dengan pengusaha. Kandidat yang memperoleh dukungan paling tinggi berdasarkan polling survei dari lembaga yang kredibel biasanya kebanjiran sponsor dari pemain bisnis. Para pengusaha yang mau berinvestasi di Pemilukada, umumnya tidak mau mengambil resiko besar. Mereka tidak peduli dengan siapa yang akan menjadi Bupati tetapi mereka sangat concern terhadap siapa yang akan mungkin memenangkan pertarungan, itulah yang mereka dukung. Ada apa di balik dukungan para pengusaha ini tidak ada yang istimewa dari dukung pengusaha kecuali mengalirnya lembaran fulus untuk membantu pergerakan dan program kandidat. Dari keterlibatan ini, jika kandidat yang diddidukungnitu menang, maka pengusaha tersebut diberi ruang oleh kandidat terpilih untuk bermain atau berusaha di wilayahnya.
Dengan munculnya tiga model konstruksi permainan politik menjelang Pemilukada 2010 di SulSel, maka sesungguhnya aktor yang bermain pada arena Pemilukada bukan saja para kandidat yang bertarung di Pemilukada akan tetapi terdapat sejumlah aktor lain, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, yang tersedia dengan disediakan parpol ini biasanya berdiri pada 3 payung besar infrastruktur politik (parpol dan jaringannya), suprastruktur politik (kekuatan ormas dan organisasi non partisan politik keluarga dan kolega) serta payung ekonomi (bisnis). (***)